HASIL GUA NGEBLOG DAN SEDIKIT PERCAMPURAN BLOG LAIN

Senin, 19 November 2012

Perbandingan 3 Puisi



Sajak Datang Dara, Hilang Dara merupakan sajak terjemahan Chairil Anwar yang begitu mempesona. Memang, berbeda penerjemah yang penyair dalam menerjemahkan sebuah puisi dengan seorang penerjemah biasa. Bisa dilihat kekuatan diksi yang digunakan oleh Chairil dalam menerjemahkan karya Hsu Chih Mo, yang berjudul A Song of The Sea. Berikut sajak terjemahan karya Chairil:
DATANG DARA, HILANG DARA
“Dara, dara yang sendiri
Berani mengembara
Mencari di pantai senja,
Dara, ayo pulang saja, dara!”
“Tidak, aku tidak mau!
Biar angin malam menderu
Menyapu pasir, menyapu gelombang
Dan sejenak pula halus menyisir rambutku
Aku mengembara sampai menemu.”
“Dara, rambutku lepas terurai
Apa yang kaucari.
Di laut dingin di asing pantai
Dara, Pulang! Pulang!”
“Tidak, aku tidak mau!
Biar aku berlagu, laut dingin juga berlagu
Padaku sampai ke kalbu
Turut serta bintang-bintang, turut serta bayu,
Bernyanyi dara dengan kebebasan lugu.”
“Dara, dara, anak berani
Awan hitam mendung mau datang menutup
Nanti semua gelap, kau hilang jalan
Ayo pulang, pulang, pulang.”
“Heeyaa! Lihat aku menari di muka laut
Aku jadi elang sekarang, membelah-belah gelombang
Ketika senja pasang, ketika pantai hilang
Aku melenggang, ke kiri ke kanan
Ke kiri, ke kanan, aku melenggang.”
“Dengarkanlah, laut mau mengamuk
Ayo pulang! Pulang dara,
Lihat, gelombang membuas berkejaran
Ayo pulang! Ayo pulang.”
“Gelombang tak mau menelan aku
Aku sendiri getaran yang jadikan gelombang,
Kedahsyatan air pasang, ketenangan air tenang
Atap kepalaku hilang di bawah busah & lumut.”
“Dara, di mana kau, dara
Mana, mana lagumu?
Mana, mana kekaburan ramping tubuhmu?
Mana, mana daraku berani?
Malam kelam mencat hitam bintang-bintang
Tidak ada sinar, laut tidak ada cahaya
Di pantai, di senja tidak ada dara
Tidak ada dara, tidak ada, tidak –
Adapun sajak di atas, merupakan terjemahan sajak Hsu Chih Mo berikut ini:
A SONG OF THE SEA
I
“Girl, girl alone,
Why do you wander
The twilight shore?
Girl, go home, girl!”
“No, I won’t go!
Let the evening wind blow
On the sands, in the glow.
My hair is combed bay the winds,
As I wander to and fro.”
II
“Girl, with the hair uncombed,
Why do you stay
By the cold silent sea?
Girl, go home girl!”
“No, let me sing,
Let me sing, wild sea who sings to me
Under the starlight, in the cool winds
A girl’s voice singing free”
III
“Girl daring girl
Dark clouds are coming over the sea’s edge
Soon there will be fierce clouds
Girl, go home, go!”
“Look, I am dancing in the air,
I am a seagull dancing among waves,
In the ecening tide, in the sands,
Swiftly hovering, gracefully,
Back and forth, back and forth.”
IV
“Hark, the wild rages of the wild sea!
Girld, go home, go!
Look, the waves are fiarce beasts.
Girl, go home, girl!”
“The wave will not eat me,
I am like the tossing of the wild seal
In the tide’s song, in the wave’s light
I hurry amidst the sea-foam,
Tumbling, tumbling!”
V
“Girl, where are you girl?
Where is your song?
Where is your graceful body?
Where are you, daring one?”
The dark night eats up all the stars
There is no more light on the sea,
No more girl on the beach,
No more girl – no –
Saya berusaha menerjemahkan pula, tentu jauh dari Chairil tapi ini usaha saya untuk menerjemahkan sebuah puisi yang indah itu:
TENTANG NYANYIAN LAUTAN
“Perempuan, perempuan yang sendirian,
Kenapa kau mengembara
Pantai pada senjakala?
Perempuan, pulanglah perempuan!”
“Tak, aku tak akan pergi!
Biarkan angin sore menderu
Pada pasir yang bercahaya.
Rambutku disisir angin teluk,
Saat kumengembara dari barat ke utara.”
“Perempuan, dengan rambut kusut,
Kenapa kau tinggal
Dengan laut sunyi yang dingin?
Perempuan, pulanglah perempuan!”
“Tidak, beri aku kesempatan bernyanyi,
Beri aku kesempatan bernyanyi, laut liar pun bernyanyi kepadaku
Di bawah cahaya bintang, di angin yang dingin
Suara perempuan menyanyi dengan bebasnya”
“Perempuan yang berani
Awan kelam datang bersemayam di lautan
Segera akan ada awan mengancam
Perempuan, pulanglah, pergilah!”
“Lihatlah, aku  sedang menari di udara,
Aku adalah camar menari di bibir ombak,
Di senja yang pasang, di pantai berpasir,
dengan cepat menunggu dekat, dengan penuh rahmat,
berputar-putar, menari-nari.”
“Dengarlah, amukan liar dari  laut liar!
Perempuan, pulanglah, pergilah!
Lihatlah, ombak serupa binatang buas.
Perempuan, pulanglah perempuan!”
“Gelombang tidak akan menelanku,
Aku seperti gelombang dalam laut yang buas!
Dalam nyanyian pasang, dalam cahaya gelombang
Aku berputar-putar di tengah lautan
Terguling-guling!”
“Perempuan, di mana kamu perempuan?
Di mana nyanyianmu?
Di mana badan gemulaimu?
Di mana kamu, perempuan pembarani itu?”
Malam yang gelap menerkam semua bintang-bintang
Tak ada cahaya di lautan,
Tak ada perempuan di pantai,
Tidak ada lagi anak perempuan  –sungguh tidak-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar