HASIL GUA NGEBLOG DAN SEDIKIT PERCAMPURAN BLOG LAIN

Rabu, 23 Januari 2013

Musik di Indonesia: Kreasi atau Hanya Komersil?


Bagi pecinta musik indonesia, pernahkah kalian merasa kalau ada sesuatu yang agak janggal di dunia musik tanah air? Mungkin ada di antara kalian yang pernah berpikir bahwa musik di Indonesia masa kini cenderung begitu-begitu saja, artinya monoton dan cenderung kurang bisa dinikmati dalam waktu yang relatif lama.
Jika kita menyaksikan acara musik di TV, kebanyakan band/penyanyi lebih sering tampil lip sync daripada bernyanyi secara riil, betul? Ya, tidak usah disanggah lagi. Banyak orang yang sering mempertanyakannya, itulah yang membuat saya tertarik untuk membahasnya di tulisan kali ini.
Beberapa waktu yang lalu saya pernah membaca sebuah thread di dalam forum lokal tentang penampilan band/artis tersebut ketika manggung membawakan lagunya. Isi thread tersebut menunjukkan suatu protes terhadap band/artis tersebut dalam aksi panggung yang menurut mereka ‘tipuan’. Saya mencoba mendalami kalimat-kalimat yang mereka tuliskan. Kenapa dibilang ‘tipuan’? Mungkin sedikit kasar tetapi sebagai penikmat musik, komentar dari orang tersebut tidak bisa disalahkan juga. Mungkin kita punya pandangan berbeda tentang hal tersebut, tetapi saya pribadi juga menganggap hal tersebut sebagai ‘tipuan’, yang lebih saya tegaskan lagi, hal tersebut adalah ‘pembohongan publik’.
Pecinta musik tanah air pasti senang karya hebat dari anak bangsa bisa dinikmati dengan baik dan bertahan dalam waktu yang relatif lama untuk bisa terus dinikmati. Dalam kasus ini, kebanyakan musik diperdengarkan dan aksi para pemusik dipertontonkan hanya untuk kepentingan tertentu. Kepentingan seperti apa? Kepentingan komersil menjadi jawaban yang pas menurut saya. Musik di dalam negeri saat ini bukan lagi sesuatu yang memprioritaskan kreasi seni musik untuk kepuasan akan musik itu sendiri. Musik lebih diutamakan untuk tujuan pasar. Artinya, bagaimana caranya agar musik yang dibuat dan band/artis yang mempertontonkannya menghasilkan nilai jual yang tinggi, itulah yang diutamakan saat ini.
Banyak band yang justru lebih mengutamakan kreasi dalam bermusik namun tidak banyak diketahui oleh pecinta musik di Indonesia. Mereka sangat jarang bahkan tidak pernah tampil di stasiun TV maupun radio, tetapi memiliki kualitas musik yang luar biasa hebat. Ya, itulah band-band anti-korporasi atau dengan istilah yang lebih halus, band-band indie, yang lebih mengutamakan kreasinya dalam menciptakan musik.
Kembali ke masalah lip sync dan mengapa saya sebut pembohongan publik? Penikmat musik jelas menginginkan musik-musik yang berkualitas. Jika hanya mementingkan komersil, bagaimana bisa kualitasnya dapat dinikmati? Kalau memang komersil yang diutamakan, kualitas kemungkinan besar akan terlupakan, dan hal tersebutlah yang kini sering terjadi. Selain itu, tampang pemusik/penyanyi lebih diutamakan daripada keahlian bermusik dan bernyanyi. Bagaimana bisa dibilang musik yang berkualitas jika hal tersebut masih menjadi prioritas di dunia musik Indonesia? Ketika kita menonton pertunjukan musik mereka (band/artis yang lebih mementingkan tampang/citra ditambah lip sync), maka bisa dibilang kita hanya menonton orang-orang cantik dan ganteng yang sedang berpura-pura bernyanyi dan bermain musik di atas panggung. Kita tertipu. Dimana kualitas musik yang kita harapkan? Dimana musik yang ingin kita nikmati? Mending duduk di rumah sambil minum kopi dan mendengarkan rekaman asli lagu mereka ketimbang datang jauh-jauh untuk menyaksikan penipuan di atas panggung. Toh yang kita dengar juga suara rekaman yang sama.
Jika saya diundang untuk menghadiri pertunjukan seperti itu, jujur saja saya akan menolak. Jujur saya tidak terlalu bangga jika ketemu artis yang biasanya nongkrong di TV, apalagi artis yang kelihatan hebat di atas panggung padahal hanya berpura-pura, kemampuan musiknya tidak seperti kelihatannya. Mungkin berbeda dengan yang lain. Banyak juga orang yang rela menonton artis idolanya di atas panggung secara langsung, mungkin itulah kebanggaan mereka walaupun asik musik yang dipertontonkan kurang bisa dinikmati.
Penikmat musik di Indonesia dewasa ini lebih cenderung mengidolakan band/artis luar negeri daripada dalam negeri. Tidak bisa disalahkan walaupun bagi sebagian orang hal tersebut salah karena tidak mengutamakan produk dalam negeri.
Pendapat saya, sah-sah saja jika band/artis Indonesia masa kini memang mencari kepentingan komersil dalam berkarya. Tetapi janganlah pernah melupakan hal utama dalam bermusik, yaitu kualitas musik itu sendiri. Utamakan kualitas musik, maka kepentingan komersil tidak bakalan jauh dari band/artis tersebut.
Jika hanya mementingkan komersil, musik tidak lagi bisa bebas dinikmati. Bahkan saat ini memang banyak band/artis yang mulai masuk ke dunia musik, tetapi kebanyakan mengusung tema yang sama, artinya kurang bervariasi. Ada berapa band/artis pendatang baru di dunia musik Indonesia masa kini? Berapa banyak lagu dari mereka yang mampu bertahan lama untuk dinikmati? Sebulan atau dua bulan kemungkinan sudah dilupakan dan tidak populer lagi.
Sebaliknya, band indie yang mampu menciptakan kreasi tersendiri dan sangat beragam, malah tidak banyak diketahui oleh pecinta musik tanah air. Mereka memang anti-korporasi, yang artinya tidak bernaung di bawah satu perusahaan rekaman apapun. Hal tersebut membuat mereka menjadi tidak terorganisir dengan baik untuk bisa tampil di stasiun TV dan radio.Jadi mereka memang susah menembus pasar musik Indonesia dan jarang nongkrong di acara musik TV tanah air.
Bicara soal kualitas, jangan pernah meragukan band indie karena itulah tujuan utama dari kebanyakan mereka (setahu saya ketika mendengar lagu-lagu mereka). Banyak di antara band indie yang lebih dikenal di luar negeri ketimbang tempat darimana mereka berasal, artinya mereka lebih terkenal di luar negeri daripada di Indonesia sendiri. Dalam kasus ini saya tidak bermaksud untuk mengagungkan musik indie ketimbang musik label, namun sebagai pecinta musik saya lebih mengutamakan kualitas musik daripada citra para pemusik dan penyanyinya. Dan saya tambahkan lagi, saya lebih senang musik Indonesia dari band-band/penyanyi-penyanyi jaman dulu, jauh lebih berkualitas ketimbang musik Indonesia di masa kini :D
Nah menurut Anda, musik di Indonesia masa kini lebih ke arah kreasi atau hanya komersil? Semua orang bebas berpendapat, saya sudah berpendapat, bagaimana pendapat Anda? :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar