HASIL GUA NGEBLOG DAN SEDIKIT PERCAMPURAN BLOG LAIN

Rabu, 19 Desember 2012

Suatu Senja Milik Sang Kelabu


Berkhayal sebuah keindahan
Langkah menyusuri arung waktu
Bersahut dengan debur ombak
Tenang dalam hidup
Tak tergoyahkan si kelabu

Bertemu….
Sosok sendu senja sore
Ketika surya hendak membunuh hari
Terbias cahaya
Mengaliri air mata
Tak bersalah jatuh
Tak melawan sang bumi

Berakhir….
Keindahan sesaat sungguh
Hanya asa terputus
Keberadaan diri sang saksi
Mengawasi berakhirnya takdir
Membisu ketika menderu sang ombak
Menelan bulat hati yang gundah
Hilang sempat sang waktu tua
Untuk indah esok dan lusa

Sampai jumpa nona
Sang kelabu kan menemani
Mungkin esok entah lusa
Kini debur ombak berlanjut
Tak pernah asa terputus
Tak tergoyahkan sang kelabu
Hingga waktu tak menyangga lagi

Jumat, 14 Desember 2012

Jika ?

Rupamu beringas. Nafasmu panas. Kau enggan berteman apalagi kenal kata ikhlas. Kau siap melibas siapa saja yg tak kuat menerabas.
Jika saya mendekati kamu, bukan berarti saya menginginkanmu lagi. Saya hanya ingin melihat keadaanmu, itu saja.
Jika saya menjauh darimu, tak berarti saya memintamu untuk mengejar. Saya memang ingin pergi, itu saja.


Hati saya bukan taman kanak-kanak, dan kamu juga bukan anak-anak. Berhenti hanya bermain-main di sana.
Jika saya mengajakmu bicara lagi bukan berarti saya rindu kepadamu. Saya hanya sedang kesepian, itu saja.

Kamu jangan senang dulu. Saya hanya pura-pura rindu.
Jika rinduku tak dapat kau terjemahkan, aku akan bicara dengan bahasa yang lain: meninggalkanmu.

Saya hanya butuh pelukmu, tak butuh hatimu.

Mencintaimu butuh ketelitian. Sayang saya orangnya malas memperhatikan.
Hati yang ergonomis adalah hati yang nyaman ditempati dan tidak cepat bikin pegal.

Rindu saya hamil tua. Sebentar lagi akan melahirkan luka.
Jika melupakanmu semudah itu, saya sudah melakukannya dari dulu.

Nyata dan Fana


Hatimu mungkin kini berharap aku tak pernah nyata, tapi dulu ia pernah begitu menginginkan kita bersama.
Matamu mungkin kini sudah berhenti mengeja rindu, tapi dulu ia pernah tak henti-hentinya menjadikanku candu.
Tanganmu mungkin kini bahkan benci untuk bersentuhan, tapi dulu ia pernah selalu ingin memelukku dalam dekapan.
Kakimu mungkin kini ingin berjarak sejauh mungkin dariku, tapi dulu ia pernah ingin selalu melangkah bersamaku.
Bibirmu mungkin kini bahkan tak lagi mau menyebutkan nama, tapi dulu ia pernah begitu fasih menyebutku dalam doa.
Meski pernah sebegitu sakitnya, aku tak akan pernah berpura-pura rasanya tak pernah ada.

Kita pernah nyata. Soal kini saling terluka, itu lain cerita.

Senin, 10 Desember 2012

Berlindung Di Balik Insya Allah ?


Banyak orang Indonesia yang terdidik untuk susah nolak. Gak enak hati, takut nyinggung. Tapi jadinya ngasih jawaban menggantung: nolak nggak, mengiyakan juga nggak. Ini bukan cuman soal jadian, ya? Berlaku umum, terutama kalau diajak datang ke acara orang.

Saking susah nolaknya, ada aja yang kalau diajak, ”Nanti dateng, kan?” Jawabnya,  ”Insya Allah.” Padahal sebenarnya gak mau. Itu kan ngaco.

Insya Allah itu maknanya ”atas seizin Allah.” Berarti kita harus berusaha sekuat tenaga untuk datang. Kalau tetap nggak bisa--misalnya karena kerjaan belum beres, mobil mogok, atau mendadak amnesia--itu baru nggak apa-apa. Kita udah berusaha sayangnya belum diizinkan. Tapi bukan karena kitanya nggak mau. Itu sih kitanya nggak berani menolak malah berlindung dengan menggunakan nama Allah.

Itu kayak kita minta izin ke orangtua, ”Malam ini boleh ke GBK nonton konser, gak?”

”Boleh.”

Terus kita malah tidur semalaman. Besoknya saat ditanya, ”Kok lu gak dateng, men?”

”Iya nih. Padahal gue udah minta izin. Berarti ortu gak ngebolehin.” Emang nggak niat datang itu sih. Saya curiga kalau orang-orang seperti ini merancang Facebook, di tiap Invitation pasti jawabannya berubah. Untuk pertanyaan: "Will you attend?" pilihannya jadi "Yes", "No", dan "Insya Allah".

Yang bikin saya heran, kenapa kalau status nggak jelas disebutnya "ngegantung", ya? Orang kalau dihukum gantung, misalnya, itu statusnya udah jelas banget deh. Gak ada hakim yang bingung, ”Aduh, ini orang bersalah apa nggak, ya? Ya udah, kita gantung aja dulu, gimana? Kalau masih hidup, berarti bukan dia pembunuhnya.”

Intinya, lain kali ada temen yang ngajak, ”Malem ini nongkrong di Sevel, yuk?” dan kita males, ya jawab yang tegas, ”Gue gak ada rencana lain sama sekali, tapi daripada cuman duduk bareng ngedengerin lu curhat mengenai gagal ngegebet cewek yang itu-itu juga, padahal lu sama sekali gak ngegebet, cuman ngecengin dari jauh, nyapa hai aja boro-boro, mendingan gue nyante di kamar, dengerin musik atau baca buku.”

Dia paling bakal menatap kita kayak Puss in Boots, ”Jadi lu mau dateng nggak?”

Dan kita pun menjawab, ”Insya Allah.”

 

Pertemuan Mahasiswa



matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit
melihat kali coklat menjalar ke lautan
dan mendengar dengung di dalam hutan

lalu kini ia dua penggalah tingginya
dan ia menjadi saksi kita berkumpul disini
memeriksa keadaan

kita bertanya :
kenapa maksud baik tidak selalu berguna
kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga
orang berkata : "kami ada maksud baik"
dan kita bertanya : "maksud baik untuk siapa ?"

ya !
ada yang jaya, ada yang terhina
ada yang bersenjata, ada yang terluka
ada yang duduk, ada yang diduduki
ada yang berlimpah, ada yang terkuras
dan kita disini bertanya :
"maksud baik saudara untuk siapa ?
saudara berdiri di pihak yang mana ?"

kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
tanah - tanah di gunung telah dimiliki orang - orang kota
perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja
alat - alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya

tentu, kita bertanya :
"lantas maksud baik saudara untuk siapa ?"
sekarang matahari semakin tinggi
lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
ilmu - ilmu diajarkan disini
akan menjadi alat pembebasan
ataukah alat penindasan ?

sebentar lagi matahari akan tenggelam
malam akan tiba
cicak - cicak berbunyi di tembok
dan rembulan berlayar
tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda
akan hidup di dalam mimpi
akan tumbuh di kebon belakang

dan esok hari
matahari akan terbit kembali
sementara hari baru menjelma
pertanyaan - pertanyaan kita menjadi hutan
atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra

di bawah matahari ini kita bertanya :
ada yang menangis, ada yang mendera
ada yang habis, ada yang mengikis
dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !

Persahabatanku Penuh Dosa



Kawan lama bercanda tawa
Terbahak terlihat gila
Bau alkohol menyelimuti udara
Tapi lawannya tak pula berat menerima
Ia sudah lama bersama

Terbagi rata bagi semua
Lima puluh dua untuk bertiga
Seratus empat untuk berlima
Begitu seterusnya

Namun kawanku tak mau
Semua hanya untuknya

Kini hanya ada lima puluh tiga
Ia dan mereka yang terkemas bersama
Mempercayakan nasib dari buatan manusia
Kawanku telah tersadar lama

Namun mereka itu candu
Kurang satu gemuruh membatu

Kini mereka hanya berbicara
Dengan berbagai hilang rasa
Dengan setumpuk temannya
Lima puluh dua yang telah setia
Dengan bertumpuk kalah
Ia berlumur darah
Kawannya hanya diam membisu
Sedang kawanku telah berlalu
Ke tempat itu

Dimana maaf selalu dinanti
Dimana lelah selalu dinanti
Dimana sesal selalu datang silih berganti


Tapi persahabatan itu tak berlalu
Berjuta turun berganti
Kawan lama ku telah pergi
Kawan baru ku datang kembali
Berbuat dosa bersamaku
Meski aku tak mau
Apa daya ku?
Hanya setumpuk kartu
Tugasku tuk diam membisu
Selama kawan-kawanku
Berbagi dengan ku

Bertumpuk dosa dari jalannya waktu